Akibat Parahnya Korupsi, Janda 6 Anak Tinggali Gubuk Bilik Bambu Sempit

Do you want to share?

Do you like this story?

YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)
YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)
Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Darmawati dan keenam anaknya tinggal di sebuah gubuk berukuran 2 x 3 meter yang berdinding bambu dan beratap rumbia. Gubuk yang sekilas mirip kandang ayam itu pemberian tetangga yang bersimpati kepada mereka. Bisa dibayangkan repotnya hidup berdesakan di gubuk sempit seperti ini. Gubuk sempit itu menampung semua kegiatan mereka. Dari memasak sampai tidur dengan alas selembar tikar robek.


Potret rakyat miskin negeri ini begitu mengenaskan, padahal negeri kita kaya raya

Irma, anak kedua Darmawati, mengaku tidur dengan ibu dan adik-adiknya di satu tempat. "Tidurnya tidak enak, biasa jatuh dari lantai kalau tidur," ujar Irma. Dulu Darmawati memiliki rumah warisan orangtuanya. Namun, rumah itu akhirnya dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kehidupannya morat-marit sejak dia bercerai dengan suaminya yang menikah dengan perempuan lain tiga tahun silam.

Sejak itulah tanggung jawab Darma makin bertambah. Tak hanya berperan mengurus dan menyusui anak-anaknya, tetapi juga harus membanting tulang mencari nafkah. Di tengah berbagai kasus korupsi oleh para pejabat yang mendera Indonesia, jutaan warga Indonesia masih hidup dalam kemiskinan. Hal itu seperti juga dialami Darmawati, janda dengan enam anak di Dusun Mangaramba, Kelurahan Takatidung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

"Saya cuma bisa jadi buruh tani rumput laut. Upahnya tidak seberapa dan biasanya tidak cukup untuk beli beras. Anak saya semuanya tidak sekolah karena kami tak punya biaya," tutur Darmawati. Selama sehari bekerja mengikat bibit rumput laut, Darmawati mendapat upah Rp 10.000.


Begitu berat beban yang harus ditanggung Darwati menghidupi enam anaknya

Tak sedikit tetangga yang berempati dengan keluarga ini. Mereka kerap memberi beras atau bantuan apa saja. Jangankan menyekolahkan dan membeli seragam untuk anak-anaknya, membeli beras pun Darmawati harus berutang kepada tetangga. Bantuan beras untuk masyarakat miskin (raskin) sebesar 5 kg tidak cukup untuk sebulan. Menjelang pemilu atau pemilukada, bantuan beras sering datang. Namun setelah peristiwa politik usai, bantuan beras pun berhenti mengalir. Negeri ini sesungguhnya negeri yang kaya raya, apa yang kita tidak punya? gunung emas kita punya, ladang minyak dan gas kita punya, hamparan permadani hijau padi mudah dijumpai di negeri ini, hamparan lautan yang penuh ikan serta kekayaan laut yang tak terhingga kita punya, bahkan anugerah kesuburan tanah dan segala kekayaan mineral mudah dijumpai dimana-mana, lalu mengapa masih sangat banyak rakyat negeri ini miskin? kemana semua kekayaan itu?[regional.kompas.com]

Jangan lupa di like...
Follow Juga Ya....

YOU MIGHT ALSO LIKE

0 komentar:

Posting Komentar

Advertisements

YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)

Advertisements

YOUR GOOGLE ADSENSE CODE HERE (300x250)